Mereka Menolak Mati

Mereka Menolak Mati
Dahulu pada zamannya nabi-nabi Israel, seorang nabi didatangi umatnya. Kepadanya mereka mengelum mengapa usia mereka di dunia begitu singkat. Mereka beralasan, bahwa singkatya usia hidup membuat mereka tidak bisa berbuat banyak baik, “Wahai Nabi. Bagaimana mungkin kami bisa banyak melakukan kebaikan, menyebarkan mashalat, menyembah dan mengabdi kepada Tuhan berlama-lama, sementara kehidupan kamibegitu pendek, usia kami begitu singkat. Apa yang bisa kami lakukan dengan usia hidup yang sesingkat ini?”

Kemudian mereka mendesak nabi untuk berdo’a kepada Allah Swt, agar Dia memanjangkan usia hidup mereka. Melihat sikap sang nabi yang seolah akan memenuhi permintaan mereka, keinginan nafsu mereka pun bertambah. Mereka akhirnya meningkatkan permintaannya, “Wahai nabi. Cobalah mohon kepada Tuhanmuagar kematian dihidupkan saja dari kehidupan kami. Biarkan kami hidup abadi, mengurus dunia ini, agar dunia tidak dibiarkan kosong dari orang-orang yang akan memakmurkannya, agar Tuhan masih tetap memiliki para pengabdi dan penyembah seperti kami. ”

Sang Nabi terdiam sejenak, tertegun mendengar permintaan mereka yang nekat. Namun akhirnya beliau berkenan pula menyampaikan permohonan itu kepad Tuhan. Dan, di luar dugaan, Allah pun ternya mengabulkannya. Skenario apa gerangan yang sedang Allah rencanakan bagi mereka?

Dengan senang dan riang mereka pulang, kembali ketempat tinggal masing-masing. Hati mereka diliputi perasaan tenang dari ancaman kematian yang datang tiba-tiba. Bahkan sesungguhnya mereka merasa telah aman dari jenis kematian apapun, dan kapan pun. Mereka merasa tidak akan merasa mati oleh penyakit, bahaya dan bencana apapun juga. Dan benar-benar mereka menjalankan hidup ini tanpa mengenal waktu, tanpa menghitung hari, juga tanpa menghidung berapa usia mereka. Pokoknya mereka itu hidup dan hidup, itu saja yang mereka yakini.

Hingga akhirnya tak terasa, setiap orang kini telah berusia ratusan tahun. Jika setiap orang menikah di usia 20 tahun, maka pada saat kelipatan 20-an terjadi kelahiran sebuah generasi. Sehingga jika usia mereka telah 200 tahun maka sudah ada 10 generasi yang lahir, yang akan terus hidup tanpa adanya yang meninggal. Hal ini menyebabkan jumlah populasi manusia berlipat-lipat dan menunjukan pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam, tapa di imbangi oleh kebutuhan sandang dan pangan juga tempat tinggal.

Apa yang terjadi kemudian? Mereka semua benar-benar keteteran dan pusing mencari nafkah untuk menghidupi keluarha besarnya, di tengah stok bahan makanan yang terbatas. Sehingga tak jarang terjadi pertengkaran memperebutkan makanan dan fasilitas hidup. Persaudaraan mereka terancam permusuhan. Pertemanan mereka terancam peperangan. Ternyata hidup kekal itu sangatlah menimbulkan masalah yang besar

Akhirnya mereka mulai menyadari makna dan fungsi dari kematian. Mereka menyadari bahwa kematian bukanlah hal yang menyakitkan, melainkan penyelesaian masalah yang baik dan bijak, karenanya mereka kembali menemui Sang Nabi, “wahai nabi, maafkan kam. Berdoalah kembali kepada Tuhanmu, agar Dia mengembalikan kehidupan yang normal, agar memberikan kami kematian yang membatasi kehidupan kami dengan dunia, seperti layaknya pendahulu kami.”

Nabi berkenan berdoa lagi. Dan Allah berkenan mengabulkan permintaan mereka. Kehidupanpun kembali berputar sebagaimana biasa. Kisah yang sangat bagus ini bisa kita temukan dan baca dalam buku Mizan Al-Hikmah, jilid 9, hlm. 227-228.

1 comments:

Silahkan berikan Saran dan Kritiknya, untuk kemajuan blog dan kenyamanan bersama.